ni
kami kirimkan puisi perlawanan buatmu, sebagai tanda bahwa kami bukan
masyarakat yang bisa kauinjak seenak maumu. Jangan kau pikir bahwa kami
akan tetap diam saja, saat dengan keji kau bombardir kami dengan
milyaran dollar hutang dan mitos-mitos ekonomi. Mungkin kau berpikir
dengan logikamu yang lurus dan linier itu, bahwa kami akan datang dengan
wajah malu-malu, lantas menghiba pada kuasa kapitalmu, astaga!,
kaupikir kami kecoak, kaupikir kami akan terus-terusan bergantung pada
kotoran, pada kerakusan dan ampas produksimu, tidak!, suatu saat kami
akan bergerak, kami akan bangkit dan memberontak!
Ini
kami kirimkan puisi perlawanan buatmu, sebagai tanda bahwa kami bukan
kacangan, kami punya harga diri sebagai bagian dari umat manusia yang
berevolusi, kami punya hak untuk menentukan nasib dan keinginan kami,
cukup!, jangan lagi kauracuni pikiran kami dengan berbagai teori tentang
kemajuan industri, yang justru akhirnya terbukti makin memiskinkan
rakyat kami. Apa kaupikir kami cuma setitik debu yang mengotori rumah
kacamu? Apa kaukira kami bukan manusia? Apa kauanggap kami hanya sekedar
hewan pemangsa? Apa kebenaran cuma milik orang-orang kaya?
Tunggu saja, wahai penguasa brengsek, tunggu saja! Suatu masa, ketika kalian terlena oleh derai-derai cemara, ketika kalian beranggapan bahwa kami cuma ilusi yang bisa dikloning sebagai kambing atau kera, maka kami akan datang dengan berjuta topan dan badai, akan kami hancurkan seluruh mimpi-mimpi busuk kalian pada imprealisme dan penjajahan, akan kami bongkar bangun-bangun modernisme yang kalian banggakan, akan kami buktikan bahwa hidup bukan cuma kehendak untuk berkuasa, namun juga hak untuk mendapatkan keadilan, hak untuk mendapatkan persamaan, dengarkan wahai penguasa brengsek, kini kalian cuma punya dua pilihan: hidup bersama cinta atau hancur oleh senjata!
Tunggu saja, wahai penguasa brengsek, tunggu saja! Suatu masa, ketika kalian terlena oleh derai-derai cemara, ketika kalian beranggapan bahwa kami cuma ilusi yang bisa dikloning sebagai kambing atau kera, maka kami akan datang dengan berjuta topan dan badai, akan kami hancurkan seluruh mimpi-mimpi busuk kalian pada imprealisme dan penjajahan, akan kami bongkar bangun-bangun modernisme yang kalian banggakan, akan kami buktikan bahwa hidup bukan cuma kehendak untuk berkuasa, namun juga hak untuk mendapatkan keadilan, hak untuk mendapatkan persamaan, dengarkan wahai penguasa brengsek, kini kalian cuma punya dua pilihan: hidup bersama cinta atau hancur oleh senjata!